Kita berdoa kalau kesusahan dan membutuhkan sesuatu, mestinya kita juga berdoa dalam kegembiraan besar dan saat rezeki melimpah.(Khalil Giberan)
Seorang anak merengek minta dibelikan jagung bakar. Dengan sedikit
enggan ibunya mengulurkan selembar uang dan mengawasinya dari kejauhan.
Lalu si anak dengan mengikuti gerak-gerik nenek tua penjual jagung bakar
memainkan kipas bambunya. Mata kanak-kanaknya membulat terheran-heran
pada pletikan biji jagung, asap, serta harum yang tertebar kemana-mana.
Sedangkan nenek tua berpakaian lusuh itu
tersenyum melirik anak kecil
yang jongkok di sebelanya. Mata tuanya meredup melayang entah kemana.
Sesekali dicubitnya pipi anak yang sedari tadi berharap-harap takjub,
katanya "Ambil saja buatmu nak. Tak usah dibayar." Si Ibu mengucapkan
terima kasih lalu berkata pada sang ayah, "Lumayan, kita dapat rezeki
satu jagung bakar." Lalu mereka meninggalkan taman kota itu dengan
kendaraan roda empat mereka.
Tunggu dulu wahai ibu! Mengapa kau menyebutnya sebagai rezeki?
Bukankah dengan demikian si nenek tua itu malah kehilangan sebagian
penghasilannya yang tak seberapa? Tidakkah kau terpanggil untuk membalas
pemberian itu dengan sesuatu yang lebih dari sekedar kata terima kasih?
Memang, menerima selalu menyenangkan. Namun, memberi dengan sikap tulus
lebih membahagiakan. Tahukah kau, wahai ibu, hati nenek tua itu teramat
terang; jauh lebih terang dari lampu yang menerangi temaram senja ini.
No comments:
Post a Comment