Pernah dengar kalimat kalimat permisif seperti,” saya tahu dia kasar dan suka memukul, tapi dia sangat mencintaiku!.”
Saya sampai bosan mendengar kalimat kalimat senada dilontarkan oleh
berbagai orang berbeda, yang isinya mengeluh (atau sekedar meminta
simpati), ingin dikuatkan keinginannya untuk tetap bertahan dalam
hubungan yang abusive. Kerap kali ungkapan, “cinta itu
menyakitkan….” menggambarkan kondisi trauma dan takut jatuh cinta lagi
karena pernah dikecewakan dan tersakiti dalam suatu hubungan.
Ini yang perlu saya luruskan lebih dahulu. Cinta itu indah, dan membaiki.
Yang menyakitkan adalah sikap dan perilaku manusia, dengan keliru
mengatas namakan cinta untuk menjustifikasi tindakannya yang salah.
“Karena cinta aku cemburu, makanya aku kalap langsung menampar ketika
melihatmu berbincang mesra dengan pria lain.” Ini sering sekali
digunakan sebagai kalimat membela diri dari pria pencemburu (yang
cenderung sakit jiwa) untuk membenarkan tindakan kekerasan fisik yang
dilakukannya.
Cinta yang indah dan bertujuan baik malah dijadikan tameng untuk
bersembunyi dan mencuci otak pasangannya bahwa kekerasan itu bisa
dimaklumi , dikarenakan besarnya cinta dan tidak ingin kehilangan.
Apakah kekerasan atau kekasaran semata mata dilakukan oleh pria? Atas
nama kesetaraan gender, saya harus mengatakan dengan jujur bahwa banyak
pria menjadi korban lewat tindak tanduk dan kata kata kasar yang keluar
dari mulut wanita (verbal abuse). Dan ini tidak kalah menyakitkan!.
Kalimat kalimat meremehkan harga diri, menghina, mencaci maki, menjelek
jelekkan secara fisik maupun tingkat sosial dan pendidikan, ini semua
adalah bentuk verbal abuse yang menunjukkan dengan jelas bahwa tidak ada cinta disitu. Sederhananya, cinta tidak menjahati dan melukai.
Lalu saya harus bagaimana Mbak? Meskipun dia kasar, saya masih sangat mencintainya.
Ini pertanyaan yang membuat saya asli bingung, kesal sekaligus gemas
pada saat yang bersamaan. Sebenarnya ini bukanlah bentuk pertanyaan,
hanya ungkapan curhat ingin bertahan dalam hubungan yang abusive.
Silahkan bertahan jika ingin bertahan. Itu selalu jawaban singkat dari
saya. Lha kalau memang masih bisa bertahan dan tetap ingin bertahan
meskipun dijadikan sparring partner tinju, ya monggo-lah…. Apa hak saya mengatur atur?
Yang saya protes adalah membawa kata kata cinta sebagai alasan mengapa
melakukan tindakan kekerasan. Kalau cinta dia tidak akan menampar atau
memukulimu. Kalau semudah itu sang pacar menampar kekasihnya hanya
karena si cewek sedang berbincang dengan pria lain, maka hampir
dipastikan begitu menikah penamparan ini naik level menjadi pemukulan
dengan pentungan.
Lebih parah lagi kalau ada wanita yang kemudian malah menyalahkan diri
sendiri untuk mentolerir kekerasan fisik. Mungkin memang saya terlihat
mesra ketika sedang mengobrol dengan teman kuliah. Bagi orang yang
pencemburu dan posesif (cenderung kelainan jiwa), maka percakapan
biasapun akan terlihat sebagai ancaman bagi dirinya dan menimbulkan rasa
tidak suka yang besar.
Cemburu dalam takaran yang wajar sah sah saja dan perlu sebagai pemanis
hubungan cinta. Cemburu tidak boleh menjadi alasan seseorang melakukan
kekerasan fisik. Kalau memang tidak tahan dengan sikap kekasihnya yang
selalu flirting dan main api dimana mana, lebih baik putus baik baik, dan carilah wanita lain yang setia. Pria yang memukuli wanita adalah pecundang. Sesederhana
itu. Satu satunya alasan yang (mungkin) bisa saya tolerir secara logika
adalah menampari istri ketika memergokinya diranjang bersama pria lain.
Wanita yang suka berkata kata kasar dan meremehkan pria adalah wanita primitif tidak berkelas.
Jangan membuang sedetikpun waktu anda lebih lama dengan kekasih seperti
ini. Kalau dilanjutkan menikah dengan wanita model begini, maka lambat
laun bukan hanya anda yang dihina, tapi orang tua, keluarga, bahkan masa
lalu anda semua jadi bahan tertawaan dan dia tidak akan sungkan
melakukannya didepan umum, hanya untuk menunjukkan bahwa anda sudah kebagusan mendapatkan dirinya. Amit amit dengan wanita begini.
Cinta bukan berarti tidak pernah berselisih paham atau marah. Tapi ada batasan yang jelas antara marah dan kekerasan verbal.
Umumnya pasangan yang kasar secara fisik maupun lewat kata kata adalah
manusia manusia minder yang mencoba menutupi kekurangan diri mereka
dengan cara menyakiti dan meremehkan pasangan.
Kalau benar cinta, maka si dia tidak akan pernah melakukan ini;
- Melakukan kekerasan fisik maupun kekerasan seksual.
-Mengumpat dengan kasar (di depan umum maupun secara pribadi).
-Menceritakan aib atau masa lalu pasangan , dan menjadikan itu sebagai lelucon.
-Menceritakan kekurangan fisik atau urusan kamar tidur kepada orang lain.
-Meremehkan dengan kata kata menghina, menganggap pasangan tidak selevel.
-Menjelek jelekkan keluarga pasangan dan suka menghina.
Hal hal diatas merupakan panduan umum yang tidak akan dilakukan oleh
orang yang mencintai. Jangankan kepada pasangan yang dicintai, kepada
siapapun hal tersebut pantang dilakukan.
Kepada pihak yang ingin bertahan dalam suatu hubungan abusive, saya hanya ingin mengatakan bahwa tidak ada cinta ketika anda tidak cukup menghargai dan mencintai diri anda sendiri.
Cinta itu membaiki, bukan mengasari. Cinta memberi bukan mengambil. Cinta memuliakan, bukan menistai.
Love my friends, is pure kindness.
chinese flat irons -Tianium Art | Tiocanco Arts
ReplyDeleteThe China Oriental titanium banger Studio of Tainan, China - An titanium wheels architectural marvel, located on one titanium jewelry of the highest mountain peaks in the region of the world, has titanium jewelry its own cobalt vs titanium drill bits architectural