Sunday, January 5, 2014

Perbedaan bukan suatu tabir penghalang, namun perbedaan lah yang menyatukan mereka dalam satu ikatan indah.

Observasi yang dilakukan peneliti mengenai sekawan yaitu sha,zie,maula,senja, yang bisa hidup bersama, dengan bermacam-macam latar belakang dan bahkan sifat yang awalnya hidup saling individual sekarang bisa dekat dan berangganpan layaknya saudara sendiri, sama-sama perantauan yang sedang getol mencari ilmu di kota besar dan mengambil pendidikan yang berbeda-beda namun saling berkaitan.
Betul kata pepatah bilang “hidup adalah suatu misteri”, kita tidak tahu apa yang akan nantinya kita hadapi, siapa yang akan bersikap baik kepada kita dan siapa yang tidak akan suka dengan sifat dan kelakuan kita. Persis dengan apa yang peneliti akan teliti, kehidupan sekawan yang mungkin berbeda latar belakang dan sifat bahkan karakteristik nya, empat orang yang awalnya mungkin tidak tahu mereka bisa bersatu dan satu tempat tinggal seperti saat ini.
Perkenalan mereka bermula saat mereka bertemu di salah satu kost di daerah sekitar kampus, kost-kostan yang memang tidak ada ibu kostnya memang sedikit bebas. awalnya mungkin mereka hanya saling mengenal nama dan tahu apa jurusan dan semester mereka, layaknya seorang anak-anak yang ngekost pada umum nya mereka awalnya hidup sebagai orang yang individualism, benar-benar individual. Pagi-pagi mereka bangun shalat dikamar antri terus berangkat ke kampus sendiri-sendiri, mereka baru datang di sore hari dan melakukan aktivitas masing di kamar, ada yang getol mengikuti organisasi-organisasi tertentu sehingga setiap pulang kuliah mengikuti rapat sampai maghrib.
            Hingga pada suatu malam mungkin tuhan berkehendak lain, saat lampu di daerah kost-kostannya mati lampu akibat hujan yang sangat lebat, membuat mereka mulai dekat, dan saling berbagi. Mungkin awalnya terdengar aneh, hanya akibat lampu mati mereka yang awalnya bersikap individual kini bisa bersikap kekeluargaan. Berawal dari salah satu yang mungkin saat itu terkena musibah, memicu berkumpulnya sekawan itu di balkon depan kost-kostan mereka. Mereka bercerita dan menenangkan salah satu dari mereka yang sedang terkena musibah, mereka bercerita hingga larut malam, bahkan walaupun lampu sudah nyala mereka masih saja bercerita, mereka seolah-olah sudah kenal lama sekali dan sudah mencoba saling kenal lebih dekat.
            Setelah kejadian tersebut mereka semakin dekat, dan sering sharing tentang apa saja yang mereka alami masing-masing, mungkin mereka juga sudah mulai memahami karakteristik kelebihan dan kekurangan, bahkan rahasia kehidupan yang mungkin itu sangat menyayat hati. Usia yang paling tua di antara mereka adalah maula, tapi kalau menurut dulu-duluan kuliah atau biasanya sering disebut dengan semester yang paling tinggi atau tua adalah zie, dia satu-satunya anak semester 6 lain-lainya masih duduk di semester 4. Peneliti sudah menjelaskan bahwa mereka berbeda jurusan, zie jurusan kependidikan bahasa luar, sedangkan maula jurusan kependidikan bahasa qur’ani. Lain lagi dengan sha dan senja, sha mengambil jurusan yang katanya jarang di minati oleh orang masa kini, dia ambil jurusan yang suka menasehati dan memberi masukan kepada orang lain yang sedang mengalami masalah. Yang terakhir senja, dia memilih jurusan yang kata orang awam peramal alias dukun. Dari berbagai macam jurusan ini mereka bisa berkumpul dan bertemu di kota besar dimana mereka merantau mencari ilmu.
            Dari cerita mereka pun, sebenarnya mereka mengambil kampus yang sama-sama menjadi pilihan terakhir, terkecuali sha dia memasuki kampus dan jurusan sesuai dengan apa yang dia inginkan. Alasanya dia masuk di kampus ini adalah karena dia yang selama ini memang tidak mengenal agama sama sekali memilih kampus islam agar dia dapat mendalami islam dan hobinya yang suka mengasih saran atau menasehati orang lain. Dia anak yang sangat keras kepala, terkadang. Apa yang dia lihat dan tidak sesuai dengannya dia langsung mengkritik alias ceplas-ceplos. Perawakan yang cantik membuat dia suka sekali berdandan dan sifat dia yang sangat Pede membuat dia keliahatan lebih cantik dan anggun, satu hal yang sangat dia pegang teguh dia tidak suka di atur tapi dia suka mengatur, namun meskipun seperti itu dia bisa saja mengalah di saat semua lagi dalam keadaan emosi. Selain gara-gara penat dengan kehidupan yang bebas alasan sha masuk kampus islam adalah agar tidak ada yang sama dengan apa yang dia pilih, teman sekolah sha saat sma dulu rata-rata ambil jurusan dan kampus yang ternama, dan mungkin ini salah satu sifat jelek sha dia tidak mau ada yang menyaingi dia. Sha adalah anak kedua dari tiga bersaudara, kakaknya hanya berbeda dua tahun dengan dia dan saat ini sedang kuliah di salah satu universitas di daerah Madura. Dan sha memiliki satu adik laki-laki yang masih berumur 9 tahun, kata orang dahulu anak kedua atau tengah-tengah itu paling mandiri dan berikir dewasa itu memang benar, sha anak tengah dan dia memang sosok anak yang mandiri sekali, dia selalu menghadapi masalah dengan cara dewasa, namun terkadang juga dia terlihat seperti anak kecil yang sangat haus akan manja dari teman-temannya. Keluarga sha tergolong keluarga yang lumayan lah, ayahnya bekerja di salah satu pabrik terbesar dan ternama di kota nya. Sha memang dididik oleh orang tuanya bebas, namun masih terpacu dengan batas-batas norma agama, meskipun dari latar belakang ekonomi yang cukup, ternyata sha juga memiliki kekurangan dia dalam masalah agama masih minim sekali. Pernah suatu saat sha ditimpa musibah, adik kecilnya satu-satunya anak laki-laki dalam keluarganya terserang penyakit yang mungkin sebenarnya hanya orang dewasa yang di serang, sebut saja adik sha dengan Roy, dia mengidap penyakit kanker otak yang mewajibkan roy harus di belah otaknya untuk mengambil sel kanker yang berada di otaknya, di situlah sha benar-benar merasa kalau dia memang butuh dengan yang namanya agama, setiap hari keluarga sha terus memanjatkan do’a ke roy agar di lindungi oleh sang pencipta. Dan sang pencipta mengabulkan do’a keluarga sha, roy di beri kesembuhan namun dia sempat mengalami koma selama 7 hari, dan setelah koma  keadaan psikis roy ngedrop, sehingga roy setiap hari di terapi oleh psikolog anak agar dia memiliki motivasi untuk melanjutkan hidupnya.Alhamdulillah sekarang roy sudah sembuh, namun sayang roy harus berhenti dulu sekolahnya.   
Berbeda dengan zie, satu-satunya anak semester 6 dari ke empat anak sekawan itu, masuk ke kampus islam karena dia di daftarkan oleh seseorang yang sayang dengan dia (teman dekat). Zie adalah anak tunggal, zie dan sha berasal dari satu desa yang sama, sebenarnya zie ingin masuk di universitas ternama dengan jurusan yang sama dengan apa yang ia ambil sekarang, namun teman dekat zie berkata lain, teman dekat zie ingin zie mendalami agama sama seperti sha. Mungkin awal-awalnya zie merasa tidak nyaman dengan kampus yang ia pilih sekarang. Namun lambat laun dia merasakan ada sesuatu yang mungkin dia tidak dapatkan jika dia kuliah di universitas yang tidak ada embel-embel islamnya. Dengan kuliah disitu zie merubah pola hidupnya, zie mulai senang memakai rok dan jubah-jubah yang anggun. Perawakan zie hampir sama dengan sha, tinggi namun agak sedikit gemuk. Zie mengikuti ektra intra kampuz yang mungkin banyak peminatnya, dia mengikuti paduan suara. Terkenal di kampus islam ini kalau anak paduan suara selain suara yang sangat indah-indah juga terkenal cantik-cantik. Tak ada kata lain zie termasuk anak cantik di kampus. Zie anak yang lumayan pintar, dia memilih kependidikan bahasa asing sesuai dengan kemampuan dia, dulu waktu sma dia mengambil jurusan bahasa. Sudah dikatakan peneliti di atas bahwa zie ini paling tua kalau di lihat dari semesternya, namun sifat dia masih menunjukkan kekanak-kanakan sedikit. Mungkin bisa dikatakan lebih dewasa sha di banding zie. Namun tingkat ke egoisan zie lebih rendah dari pada sha.
Yang ketiga adalah maula, usia yang paling tua bukan berarti bahwa dia bisa bersikap dewasa dalam menyikapi semua yang dia hadapi, meskipun dia paling tua di tinjau dari usia, maula masih seperti anak yang usia nya sepantaran dengan senja dan sha. Mungkin yang menyebabkan ini karena maula sama semester nya dengan senja dan sha. Maula dulunya pernah mondok di salah satu pesantren, hal itu lah yang menyebabkan dia sekarang masih duduk di semester empat. Jurusan yang dia ambil adalah kependidikan bahasa qur’ani, dia awalnya ingin mengambil jurusan seperti yang di ambil senja, karena kesalahan tulis akhirnya maula masuk di pilihan pertamanya di kampus itu. Namun maula bukan tipikal orang yang suka menyesali apa yang sudah menjadi takdirnya, dia adalah orang yang legowo (neriman)  sekali. Dia menerima jurusan itu dengan lapang dada dan dia berfikir kalau jurusan itu mungkin memang sudah jalan dari sang penunjuk jalan yang lurus. Berbeda dengan zie, sha dan senja. Maula satu-satunya anak yang mempunyai besic islam sebelumnya, jadinya maula yang sering sekali memarahi senja, zie dan sha kalau mengabaikan sholat atau kewjiban islam. Dengan kata lain maula adalah cahaya di antara jalan-jalan yang gelap. Meskipun cahayanya tidak begitu terang seperti layaknya mentari atau rembulan namun cahaya yang dibawa maula adalah cahaya sejuk dari sang pencipta cahaya.
Terakhir dan paling manja adalah senja, terkadang sha, zie, dan maula menganggap senja adalah pupuk bawang, alias disuruh kesana ya kesana disuruh kesitu ya kesitu (tidak berpendirian). Senja adalah anak terakhir dari 3 bersaudara, dan kedua saudaranya sudah memiliki keluarga sendiri-sendiri. Dan itu yang mungkin membuat senja manja, karena kebiasaan di rumah dia yang selalu di manja oleh orang tuanya. Ayah senja sudah meninggal sejak dia kelas 6 sekolah dasar. Selama ini senja tinggal dengan ibu nya saja, dari keempat temannya yang sifat nya kekana-kanakan banget adalah senja, dia sering ngambek kalau tidak sesuai dengan hatinya. Senja mengambil jurusan peramal atau dukun bukan karena keinginnannya sendiri, namun kakaknya yang menyuruh dia mengambil jurusan tersebut. Sebenarnya senja adalah kebalikan dari maula, kalau maula ingin jurusan seperti senja, senja ingin jurusan seperti maula tapi kependidikan angka. Senja ingin sekali ambil itu karena waktu di sma dulu dia sempat dikatakan bodoh sama salah satu gurunya, dan dalam hati senja ingin sekali membuktikan bahwa dia sebenarnya dia mampu.
Dari semua latar belakang yang mungkin berbeda-beda empat sekawan itu kini bisa hidup layaknya saudara, dan tidak menutup kemungkinan kalau lah saudara itu pasti ada bertengkarnya, tapi langsung baikan. Mereka pernah sama-sama bertengkar satu dengan sama lain, namun di saat mereka bertengkar pasti ada lah yang mengalah agar tidak berkelanjutan. Persahabatan memang seperti intan berlian berharganya bahkan mungkin lebih berharga di banding apapun juga, namun terkadang sahabat juga bisa menjadi musuh, begitupun sebaliknya. Pepatah mengatakan “cintailah sesuatu dengan sederhana”, dan peneliti melihat kesederhanaan dalam kasih sayang di antara mereka berempat. Dan dari kesederhanaan itu timbullah sesuatu yang mungkin tak bisa di lihat secara kasat mata, dan jarang orang menemukannya. Banyak orang yang mengaku sahabat  namun ketika ada masalah sedikit langsung tidak saling sapa. Memang sedikit berat untuk memilih mana yang terbaik buat kita atau mana yang terburuk buat kita, hanya satu pegangan kita, kita hidup bukan untuk menyesali namun mengikhlas kan dan menyerahkan semua kepada sang pengasih umat. Hidup adalah sandiwara yang sangat penuh dengan teka-teki, sayangilah semua orang disekitarmu termasuk musuhmu maka engkau akan disayangi orang lain bahkan sang penciptamu. Dan perbedaan bukan lah tabir penghalang buat mereka, namun perbedaan lah yang menyatukan mereka dalam satu ikatan yang sangat indah, yaitu persahabatan.

No comments:

Post a Comment